Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Mekon beruntung masih memiliki air tanah. Di negeri-negeri semi-arid, petani biasanya menampung air hujan untuk menghidupkan rumput lokal yang tahan terhadap ekosistem lokal.

Dari sana lah bulir-bulir air dari embun atau hujan dipanen oleh rumput-rumput itu dan lambat laun menular ke unit mata rantai kehidupan lainnya.

Mereka secara bersama menghasilkan koor yang memadukan cara hidup bersama sebagai panggilan suatu lansekap ciptaan Ilahi. Singkatnya, mereka hidup sesuai tuntutan alamnya.

Eksegese sukacita

Mungkin banyak orang telah melakukan teknik permakultur dengan caranya masing-masing. Kita bisa menyaksikan itu di youtube atau membacanya dalam laporan-laporan ilmiah maupun media masa. Tentu hal itu patut disyukuri sebagai sikap bijak manusia.

Namun metode pertanian saja tidaklah cukup sebagai oase menghadapi masa-masa sulit seperti pandemi. Lebih dari menghidupkan pertanian dan peternakan, Mekon juga menghidupkan relasi sosial. Dia adalah hostpital dalam pengertian sesungguhnya, yakni rumah keramahan.

BACA JUGA:
Natal dan Ijon Daging
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More