Manusia dalam Lingkaran Kosmos (Menghentak Kesadaran Ekologis)
Oleh : "Sang Penutur", Alvares Keupung
Gerakan konservasi terhadap alam kiranya menjadi panggilan dan jawaban untuk pemulihan atas keterlukaan alam. Secara kosmik, alam semula memang sudah baik bagi kehidupan manusia. Alam menjadi tanda cinta yang dihadirkan Sang Pencipta bagi manusia. Itulah sebabnya dalam narasi biblik, Tuhan memang dengan sengaja terlebih dahulu menciptakan alam dan isinya, daripada manusia, agar alam menjadi media yang mensejahterakan kehidupan manusia, agar manusia tidak “melarat” secara eksistensial di dalam kehidupannya (Bdk. Kisah Penciptaan, Kej. 1 : 1 – 31).
Dengan demikian, relasi kosmologis manusia dengan alamnya menjadi relasi yang luhur, relasi yang mesti disadari sebagai relasi eksistensial. Dalam lingkaran kosmologis, tugas manusia yang paling utama adalah : memilahara alam demi kemaslahatan hidupnya. Maka, ketika manusia dengan tahu dan mau mendestruksi alam, itu berarti sebanding atau berbanding lurus dengan mendestruksi tata kehidupannya.
Apa yang digaungkan, bahwa manusia ” sebelum sampai kepada kesadaran sekarang,
sudah mengalami sejarah perkembangan berawal dari keadaan yang purba “, sesungguhnya mengisyaratkan bahwa, manusia pada mulanya hidup di dalam keteraturan kosmos. Di dalam lingkaran keteraturan kosmos, relasi kosmologis manusia dengan alam menjadi relasi yang bersifat partnership. Manusia adalah sahabat alam. Oleh karena itu, dalam relasi yang demikian, manusia dalam lingkaran kosmos menjadi makhluk yang terberkati.***