Seperti biasa kami saling memandang dengan sedikit tersenyum, sedikit mengolok-olok, sedikit membuat keributan kecil, sedikit menggerutu dan menuduh yang lain sebagai bantal setan karena malas sehingga seringkali diteriaki ibu. Kami menuduh yang lain malas maka kampanye besar boleh didengarkan oleh semua.
Perlahan-lahan kami semakin mengerti akan segala yang dikatakan dan dipesankan oleh sang ayah (orang tua). Kampanye ayah bukan di atas panggung politik tetapi sekitar api unggun. Api unggun yang sengaja dinyalakan untuk menghidupkan dan menghangatkan kami. Api unggun yang mempersatukan dan menjadi medan untuk kami berekspresi.