Malas – Itu Bantal Setan

Oleh: Yosep Bala Makin, S.pd

Karena itu, dalam suasana hiruk-pikuk sebagai anak-anak sang ayah tidak bertindak sebagai hakim yang akan menghakimi yang salah dan memvonis yang suka mengganggu yang lain. Kami tak mengenal istilah yang namanya salah dan yang benar apalagi mempersoalkan itu. Hanya orang dewasa yang dengan getol boleh mempersoalkannya secara rasional. Yang kami kenal hanyalah berekspresi dan bergembira bersama yang di dalamnya kami mengenal situasi salah dan benar. Suasana gembira ria diciptakan bersama sehingga bila yang satu cengeng dan cepat menangis maka yang lain bertindak sebagai penyelamat dengan membujuk dan merayu. Terlihat terbentuk rasa kemanusiaan dan solider. Kata-kata manis yang membesarkan hatinya justru mengalir dari mulutnya. Dengan caranya ia menampilkan diri sebagai pembela, pemberi semangat, dan meyakinkan dia akan hal yang lebih baik untuknya.

Sementara itu sang ayah sibuk mengurusi api unggun supaya kami betah dan bertahan berdiang lebih lama selain supaya kami tidak kedinginan tetapi juga menjadi kesempatan bermain bersama lebih lama dan leluasa. Perhatian ayah membuat kami bertahan dan betah dalam kebersamaan di sekeliling api unggun.

BACA JUGA:
Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More