Dalam situasi ramai-ramai itu, ada saja muncul permainan anak-anak. Permainan teka-teki menjadi tema rutin saat berdiang di sekeliling api unggun. Ayah membiarkan kami berkreasi dalam upaya menjelajah dunia sekitar lewat segala macam bentuk permainan. Kami berkejaran di seputar api unggun sambil tertawa terbahak-bahak. Itu luapan kegembiraan kami. Kami pun menari alah kami menirukan lenggang-lenggok ibu-ibu saat pesta adat di kebun. Kami disuruh ayah untuk berlatih bermain dolo-dolo sambil berbalas pantun. Namun, kami lebih memilih yang kami sukai bukan yang disukai orang lain dari kami. Mulai tertanam dalam diri kami akan kesadaran dalam diri kami sendiri lewat semua pengalaman yang sedang dialami.
Karena itu, kami membentuk kelompok teka-teki. Kami selalu membaginya dalam dua kelompok, laki-laki dan perempuan sehingga suasana di sekitar api unggun terlihat ramai dan penuh rasa gembira, semangat, dan sportif.
Teka-teki Sesi Pertama dari kelompok Perempuan:
- Susu dibalik, jadi?
- Tumpah.
- Bapak pergi membeli gula pasir. Tapi gula pasirnya pulang duluan.
- Bapak memetik kelapa.
- Billa seorang guru mempunyai anak yang bernama Tini dan Tana. Dan mempunyai suami bernama Tono. Apakah nama istri pak Tono?
- Billa
- Ada 10 ekor kambing di dalan truk. Melompat 3. Sisa?
- Tetap 10 karena hanya lompat saja.
- Ada seorang nenek naik sebuah pohon. Sampai di pertengahan dia melihat ada tawon di atas pohon. Ketika ia hendak turun ada serigala di bawah pohon.
Pertanyaan: Apa yang harus dilakukan?
- (beri kesempatan sampai orangnya bingung memikirkan jawaban)
- Untuk apa dipikirkan bukan neneknya kita.
Teka-teki Sesi Kedua dari kelompok Laki-laki:
- Lima ekor bebek dikali 2?
- (5 ekor bebek dikali 2=7)
- Nenek siapa yang pandai bernyanyi?
- Katak
- Tekan tombol bunga berkembang.
- Payung
- Silakan masuk duduk di luar.
- Kancing baju.
- Siang menggantung diri, malam mencari rezeki.
- Kelelawar
- Kenapa Harimau suka makan daging mentah?
- Karena dia tidak tahu memasak.
- Ada tiga orang berjalan di satu payung kecil. Tapi kenapa tidak ada yang kehujanan?
- Karena tidak ada hujan.
- Ibu hamil, anak jalan duluan.
- Anak panah.
- Ada seorang sopir truk yang sedang berjalan di bawah rambu larangan. Tapi anehnya ia tidak ditangkap polisi.
- Karena sopir truk sedang berjalan kaki.
Sang ayah membiarkan kami boleh mengalami suasana gembira. Ia memahami bahwa anak-anak harus merasakan dan mengalami suasana sukacita dan kegembiraan hati bersama yang lain semasa kami masih sebagai anak-anak. Anak-anak dibiarkan mengekspresikan diri di hadapan yang lain. Yang satu rajin berekspresi dengan suara dan gerak sementara yang lain rajin pula berkomentar sambil mengejek hingga hampir putus asa. Ada anak yang berusaha menyanyi dan menirukan yang lain. Tak pernah sampai selesai juga nyanyian itu biar pun diulang berkali-kali. Yang lain harus menuntun dengan perlahan-lahan agar sebutan dan dinyanyikan sampai akhir nyanyian (lagu) itu. Yang lain mengejek maka yang diejek harus menderita ditertawai sesaat sambil yang lain membesarkan hatinya untuk bernyanyi lagi, bernyanyi lagi, lagi … dan lagi … . Anak yang lebih lancar dan sudah fasih kadang-kadang bertindak sebagai konduktor kecil dan pemberi semangat serta membangkitkan kepercayaan diri di depan yang lain. Kami saling mengajari, memberikan kekuatan, membimbing dengan sabar untuk anak yang belum selancar yang lain, dengan selalu berusaha memberikan petunjuk dan contoh dalam menyanyi. Semuanya berlangsung dalam suasana penuh kegembiraan dan keakraban.