Situasi wabah Pandemi Covid-19 dengan sistem di rumah saja (Lockdown) dengan tujuan menjaga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain. Situasi di rumah saja (stay at home) pada musim Pandemi Covid-19 kembali menyegarkan memoriku untuk menghadirkan seluruh kenangan (peristiwa, kejadian, pengalaman, bahkan kata-kata) masa lalu ketika masih belum bersekolah, dan ketika masih duduk di bangku SD, dan SMP.
Sebuah kebiasaan di kampungku menjelang malam dan pagi hari selalu dibuatkan api unggun di halaman rumah di samping untuk membakar sampah tetapi juga untuk berdiang diri. Udara dingin perlu penghangat tubuh. Api unggun menjadi andalan penghangat tubuh di saat dingin. Api unggun itu dibuat sedapat mungkin untuk menghangatkan tubuh kami walaupun selembar kain sarung tenunan tempo itu sudah terlilit di badan. Terasa hangat.
Aksi kami pun tampak asyik. Tangan direntangkan ke depan dengan posisi memanggang seolah hendak membakar jari-jari tangan. Sesekali kain sarung diangkat dengan posisi berdiri, dengan maksud panasnya api tertampung dan hangatnya api unggun masuk menghangatkan tubuh kami dari dalam sarung. Kami berbaris mengelilingi api unggun yang sedang menyala dan seringkali kami duduk beralaskan ujung sarung sambil kedua kaki dikangkang lebar-lebar. Cuaca dingin memaksa kami harus duduk dengan cara seperti itu, mengelilingi api unggun yang sengaja dibuatkan oleh sang ayah. Ramai-ramai dan berebutan kami mengelilingi api unggun itu. Ketika nyala api semakin membesar maka dengan sendirinya area lingkaran tempat kami duduk semakin diperluas pula.