
MacIntyre dan Etika Keutamaan
Oleh: Iqbal Hasanuddin (Character Building Development Center, Binus University)
MacIntyre menyebut upaya menemukan tujuan kita yang bersifat final sebagai kesatuan naratif dalam hidup seseorang. Dalam hal ini, bagi seorang manusia, kehidupan yang baik merupakan cerita atau narasi untuk mencapai apa yang berarti dan menjadi tujuan hidup. Sebagai telah dijelaskan di atas, tujuan final itu hanya bisa dicapai setelah kita melewati berbagai hambatan dan tantangan.
Ketiga, tradisi moral. Menurut MacIntyre, keutamaan seseorang bisa diperoleh dalam keterlibatannya di dalam kehidupan komunitas karena keberadaan tradisi moral di dalamnya. Diakui atau tidak, manusia selalu menjadi bagian dari sebuah komunitas, baik itu keluarga, suku, bangsa, dan lainnya. Di dalamnya, kita sudah mengetahui apa yang menjadi kewajiban dan harapan-harapan kita. Karenanya, narasi individu untuk mencapai tujuan finalnya di dalam hidup juga tidak bisa dilepaskan dari narasi atau tradisi moral komunitasnya.
Pada titik ini, sebagaimana Aristoteles dan para pemikir komunitarian lainnya, MacIntyre tampaknya mendukung gagasan politik kebaikan bersama (the common good, al-mashlahah al-‘ammah). Bagi MacIntyre, kehidupan sosial tidak lain adalah dimensi praxis manusia dalam rangka mencapai keutamaan-keutamaan. Tentu, lagi-lagi, konsepsi tentang masyarakat yang juga bertitik-tolak dari pandangan tentang manusia yang baik, manusia paripurna, manusia yang telah mencapai keutamaan-keutamaannya.