Mabar Menuju Peradaban Litera-Wisata

Saya berpikir, konsep peradaban ‘litera-wisata’ ini bisa menjadi salah satu suplemen untuk mendongkrak popularitas sektor kepariwisataan kita. Dengan itu, pariwisata Mabar tidak hanya bertumpu pada keindahan obyek empiris, tetapi juga dari roh keunikan yang bersemayam dalam setiap narasi dari obyek yang tampak itu. Artinya, kita tidak semata-mata menjual ‘ produk fisik’, tetapi juga produk rohani yang terpancar dalam setiap kisah yang dinarasikan secara apik itu.

Peradaban litera-wisata ini, tentu sangat penting arti dan posisinya dalam mempromosikan aset wisata kepada para calon konsumen. Boleh jadi, para wisatawan potensial akan lebih tertarik dan begitu terpukau dengan ‘daya magis narasi’ ketimbang obyek wisata in se. Mungkin secara faktis, produk itu terlihat biasa-biasa saja. Tetapi, produk yang sama bisa menjadi begitu istimewa ketika calon wisatawan ‘mengunyah’ realitas tekstual yang kita kreasikan secara atraktif.

Karena itu, saya kira bedah buku dari grup GMM hari ini menjadi momentum untuk menyatukan persepsi sekaligus menghimpun energi kolaboratif dalam mendesain dan mewujudkan sebuah peradaban baru yang bisa berkontribusi pada upaya memajukan pengelolaan sektor pariwisata di Mabar. Semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah mesti memikirkan secara serius bagaimana membumikan dan mengoperasionalkan gagasan litera-wisata ini. Dinas pariwisata dan para penulis kreatif bisa menjalin kerja sama yang produktif agar idealisme menumbuhkan peradaban litera-wisata di Mabar, dapat terealisasi secara optimal.

BACA JUGA:
Kami Menuntut Negara Menjalankan Kewajibannya (Apresiasi Ke-4 untuk Wue Marianus Gaharpung)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More