Krisis Air dalam Perspektif Laudato Si’

Oleh Natalia Barbara Muma, Mahasiswi Semester VII STIPAS St. Sirilus Ruteng

Ketiga,Investasi dalam Infrastruktur Air Bersih. Pemerintah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur air, terutama di wilayah-wilayah yang paling terdampak. Ini bukan soal proyek, tapi soal keadilan.

Keempat,Edukasi dan Gerakan Hemat Air. Kesadaran masyarakat perlu dibangun sejak dini di sekolah, gereja, dan komunitas tentang pentingnya menjaga air dan ekosistemnya.

Kelima, Pertanian Ramah Lingkungan. Dukung petani lokal untuk beralih ke praktik pertanian berkelanjutan yang hemat air dan tidak merusak tanah. Ketahanan air juga tergantung pada praktik agrikultur kita.

Air adalah Rahmat, Bukan Komoditas. Krisis air di Ruteng bukan akhir dari segalanya. Ini adalah panggilan dan tanda zaman. Ini juga peluang bagi kita untuk memperbaiki cara kita hidup bersama ciptaan. Seperti yang diajarkan oleh Laudato Si’, persoalan lingkungan tidak dapat dipisahkan dari iman dan tindakan sosial. Jika kita sungguh percaya bahwa bumi adalah rumah bersama, maka menjaga air berarti menjaga hidup. Mari jadikan krisis ini sebagai kesempatan untuk bertobat secara ekologis, menyuarakan keadilan, dan membangun masa depan yang berkelanjutan bukan hanya bagi Ruteng, tetapi juga bagi bumi yang kita cintai bersama.***

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More