Krisis Air dalam Perspektif Laudato Si’

Oleh Natalia Barbara Muma, Mahasiswi Semester VII STIPAS St. Sirilus Ruteng

Krisis air di Ruteng menunjukkan bahwa kita belum hidup dalam semangat pertobatan ekologis itu. Kita masih memisahkan iman dari tindakan sosial, masih menganggap air sebagai barang dagangan, padahal air merupakan anugerah Tuhan yang perlu dijaga dan dibagi secara adil. Bahkan dalam komunitas beriman, masih banyak yang diam atau bersikap pasif dalam menghadapi perusakan lingkungan.

 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Laudato Si’ bukan hanya dokumen untuk dibaca, tetapi seruan untuk bertindak. Krisis air di Ruteng dapat menjadi momentum untuk bangkit, membangun solidaritas, dan melakukan aksi nyata. Berikut beberapa langkah konkret yang sejalan dengan semangat ensiklik ini:

Pertama,Audit Lingkungan dan Evaluasi Izin Usaha. Pemerintah daerah wajib melakukan audit menyeluruh terhadap perusahaan air kemasan. Jika ditemukan pelanggaran atau eksploitasi berlebihan, izin harus dievaluasi kembali dan Proses ini harus terbuka serta melibatkan masyarakat.

Kedua,Pengelolaan Air Berbasis Komunitas. Ajak masyarakat lokal untuk aktif dalam pengelolaan dan pemantauan sumber air. Suara masyarakat harus menjadi fondasi utama dalam setiap kebijakan air.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More