Kreatifitas Pemuda Yatim-Piatu di Toto Ninu Cafe Desa Wisata Wae Lolos

Tujuh tahun kemudian. Mus masuk Sekolah Dasar  di TRK (kini SDN Rangat). Mus salah satu dari 8 murid angkatan pertama  di TRK Rangat yang baru berdiri.

Setelah tamat SD (2008), Mus masuk SMP Negeri 1 Komodo, Labuan Bajo. Sayangnya ia hanya betah 6 bulan di sekolah itu. Mus pulang ke Kampung Rangat. Tahun Ajaran Baru Juli 2009, ia kembali masuk ke bangku SMPN 1 Sano Nggoang di Tondong Raja (kini SMPN 1 Mbeliling). Saat kelas 3 SMP, ia sering sakit hingga tidak sempat mengikuti ujian akhir.

Kreatifitas Pemuda Yatim-Piatu di Toto Ninu Cafe Desa Wisata Wae Lolos

Ignasius Musa (27) mentor Toto Ninu Cafe saat menjamu sejumlah Wartawan dari Labuan Bajo. Foto: Robert Perkasa

 

Bertani di kampung

Sejak itu hingga hari ini, Mus tinggal di Kampung Rangat. Berkerja sebagai petani. Sementara kakak kandungnya, Jeny telah menikah dengan orang Nuri-Kempo, Desa Kempo, Kecamatan Mbeliling dan Nafsia di Dalong, Desa Watu Nggelek, Kecamatan Komodo.

Mus  menekuni profesi petani  sejak ia berusia 16 tahun. Meski terbilang muda belia,  ia bekerja sambil belajar mandiri. Hidup yatim-piatu bukan alasan baginya untuk pasrah. Sebaliknya dengan segala keterbatasan, ia berjuang, bekerja apa saja demi menyambung hidup.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More