
Kisol, Rumah Kenangan yang Sepi
Oleh Ponsi Mudin, Alumnus Seminari Kisol 1986
Namun kini, Kisol terasa sepi,
Ditinggalkan alumni, dalam sunyi sendiri.
Jejak langkah kita, tak lagi terpatri,
Di halaman yang dulu, penuh canda dan mimpi.
Dinding-dinding itu, merindukan sentuhan,
Dari tangan-tangan yang dulu, penuh harapan.
Ruang-ruang kelas, merindukan sapaan,
Dari bibir-bibir yang dulu, penuh impian.
Para pastor renta, menanti uluran tangan,
Dari anak-anak asuh, yang kini telah mapan.
Mereka berjuang, menjaga api tetap menyala,
Di tengah badai zaman, yang semakin menggila.
Ke mana perginya, semangat persaudaraan?
Yang dulu kita ikrarkan, dalam kebersamaan.
Apakah kesibukan dunia, telah melupakan,
Akan jasa Kisol, yang tak ternilai harganya?
Kita terlena, dalam gemerlap duniawi,
Terjebak dalam ambisi, yang tak bertepi.
Kita lupa, dari mana kita berasal,
Siapa yang membentuk kita, menjadi seperti sekarang ini.
Kisol bukan hanya bangunan batu dan bata,
Tapi juga rumah jiwa, tempat kita bertumbuh dan bercinta.
Kisol adalah ibu, yang selalu setia,
Menanti anak-anaknya, kembali dengan cinta.