Kisah Buruh Bangunan Asal Nagekeo Sukses Kembangkan Ribuan Naga di Manggarai

Penulis   Walburgus Abulat  (Jurnalis,  Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati , dan  Kontributor   Outreach Tempo Bahasa Inggris Periode 2011-2014.

Meskipun mendapatkan upah berkecukupan di luar negeri, Rian saat itu tak melupakan keluarganya di Boawae, Kabupaten Nagekeo. Rian pun kemudian memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranya pada  pertengahan tahun 2004.

Setelah beberapa pekan berada dalam sukacita keluargaya, Rian kemudian memilih mengadu nasib di Kalimantan pada tahun yang sama. Ia memutuskan berkerja di Kalimantan  setelah  mendapat pinangan dari PT Pipit Citra untuk bekerja sebagai pembelah kayu bersama beberapa rekan kerjanya. Selama enam tahun di Kalimantan, Rian  bekerja sebagai buruh bangunan di Tarakan Kalimantan Timur, Balikpapan, Samarinda, dan Pulau Liago. Selama berkarya di Kalimantan, Rian gemar menabung.

Pada tahun 2010, Rian  kembali ke Boawae. Pilihan untuk kembali dilakukannya  setelah  ia menerima kabar bahwa  ayah  tercintanya Thomas To dipanggil Yang Mahakuasa alis meninggal dunia.

Meski dirundung duka, namun Rian saat itu tetap merajut asa untuk membangun ekonomi masa depannya. Tak heran dalam situasi duka itu, Rian memutuskan untuk   membawa kado dari Kalimantan berupa 20 stek/batang naga.  Stek Naga yang dibawanya hendak dibudidayakannya untuk   menjadi pundi-pundi rupiah membangun ekonomi keluarga di masa depan.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More