Ketika Transpuan  Sikka dan Awak Media “Buka-Bukaan” di Kantor Redaksi florespedia.id Maumere

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Kerennya, lanjut Bunda Mayora, karena transpuan itu hadir bukan untuk dibuat-buat, tapi sudah bagian dari anugerah maka pelan-pelan kelompok minoritas ini teredukasi maka hadirlah Perwakas sebagai salah satu
komunitas yang mengumpulkan teman-teman ini. “Supaya apa, teman-teman ini aktivitas, berkarya, bekerja, dan iven-iven besar pertama itu membuktikan bahwa transpuan punya andil, punya pekerjaan, maka itu ke Surabaya, bentuklah komunitas sehingga hari ini mereka kuat,” kata Bunda Mayora.

Menurut Bunda Mayora, kalau  kita berbicara tentang gender maka gender itu tidak hanya perempuan dan laki-laki . “Kalau kita bicara tentang gender itu banyak sekali. Budaya kita sendiri itu ada kobek, ada lai lamen. Itu sudah kelihatan dalam masyarakat kita.Tapi karena hidup kita dalam norma ada perempuan dan laki,  maka kita membenarkan itu. Oleh sebab itu, gender sendiri  itu adalah konstruksi sosial.

Kalau lihat dalam matriks,  Laki itu maskulin, perempuan itu feminim. Laki itu harus merokok dan perempuan itu yang halus. Ini  bagian dari diskriminasi yang dialami oleh perempuan dan kami ini imbasnya,” kata
Bunda Mayora.

BACA JUGA:
Konferensi Meja Bundar Ala Jurnalis Warga Pensil Sikka Menuju Pemilu Inklusi 2024
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More