
Ketika Tiga Festival Bunda Maria Keuskupan Ruteng dan Labuan Bajo Majukan Ekonomi Warga Lintas Agama di Flores
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama)
“Ya, pada panggilan melayani meskipun risiko besar. Ya, pada kejujuran meskipun merugikan secara material. Ya, pada iman yang autentik meskipun budaya sekular menggoda. Ya, pada pengampunan meskipun sakit hati belum hilang. Dan hari ini, kita mengatakan “ya” dengan cara yang konkret: kita berjalan dari katedral ke Golo Curu. Berjalan di bawah terik matahari atau gerimis hujan. Berjalan meski kaki lelah. Ini adalah “ya” yang bukan sekadar kata-kata, tetapi tindakan nyata,” kata Uskup Sipri.
Ketiga, Maria Bunda Pengharapan: Transformasi yang Berkelanjutan.
Maria tidak hanya mengatakan “ya” sekali, lalu selesai. Sepanjang hidupnya, ia terus mengatakan “ya”: ketika melahirkan Yesus, ketika mengungsi ke Mesir, ketika kehilangan Yesus di Bait Allah, ketika melihat Yesus disalib, ketika hadir di ruang atas menantikan Roh Kudus.
Pesan pastoral: Tahun Ekaristi Transformatif bukan program sekali jalan, tetapi undangan untuk transformasi berkelanjutan. Setiap kali kita menerima Komuni, kita dipanggil untuk berubah: