
Ketika Tiga Festival Bunda Maria Keuskupan Ruteng dan Labuan Bajo Majukan Ekonomi Warga Lintas Agama di Flores
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama)
“Festival yang dijalankan selama ini merupakan jembatan persaudaraan lintas iman. Saudara-saudari kita yang Muslim, Protestan, Hindu, dan kepercayaan lain tidak melihat kita sebagai ancaman, tetapi sebagai sahabat. Mereka membantu kita, melayani kita, berdoa bersama kita dengan cara mereka. Ini adalah Gereja sinodal dalam aksi nyata—berjalan bersama, bukan sendirian; membangun, bukan memisahkan; merangkul, bukan menolak,” kata Uskup Siprianus.
Uskup Sipri Hormat dalam homilinya juga menggarisbawahi tiga pelajaran dari Bunda Maria untuk perjalanan umat manusia.
Pertama, Maria Bunda Doa: Kesatuan yang Melahirkan Mukjizat. Dalam Kisah Para Rasul, kita melihat Maria sebagai ibu rohani yang mengajarkan Gereja cara berdoa. Ia tidak memimpin doa dengan suara keras, tetapi dengan kehadiran yang menyatukan. Kehadirannya mengubah sekelompok orang yang ketakutan menjadi komunitas yang sehati.
Santo Yohanes Krisostomus mengamati: “Lihatlah bagaimana para rasul berkumpul bersama Maria! Mereka tidak malu untuk belajar dari seorang perempuan tentang cara berdoa, karena mereka tahu bahwa ia adalah guru doa yang terbaik.”