Ketika Sepak Bola Menjadi “Industri Bola” di Brasil

Musim panas lalu, pada usia 21 tahun, Lodi pindah ke Eropa, dalam sebuah perjanjian yang luar biasa, dibeli dengan 16 juta euro (lebih dari 18,8 juta US$ dolar) untuk Atlético Madrid, salah satu klub terbaik di Eropa.

Dalam sebuah wawancara Lodi menyebutkan bahwa dia ingat dengan baik hari-hari pertama di Trieste: kesepian, ketakutan, menelpon larut malam ayahnya dan meminta supaya dia menjemput pulang. Namun dia juga ingat bagaimana makanan di Trieste dan kemudian di Paranaense lebih baik daripada makanan di rumahnya, dan bagaimana keterampilan sepak bolanya selalu memiliki implikasi yang lebih besar pada karir profesionalnya. Kakinya akan menentukan masa depan seluruh keluarga yang terjebak dalam kemiskinan, sesuatu yang bahkan dapat dipahami oleh seorang bocah lelaki berusia 13 tahun. “Saya berkata pada diri saya sendiri: ‘Saya akan menjadi ayah dari keluarga. Saya akan mengejar impian saya dan saya akan mencoba memberi mereka kehidupan yang lebih baik di masa depan,” kata Lodi

Transfer yang terjadi tahun lalu itu memenuhi impiannya itu, tetapi juga akhirnya menghasilkan pembayaran yang sangat signifikan untuk keluarga Stival, yang mendapat keuntungan 30 persen dari biaya transfer, sekitar 4,8 juta euro (sekitar 5,6 juta US$ dolar). Pembayaran semacam itu sangat penting untuk ambisi keluarga Stival dalam sepak bola, dan menjadi alasan mengapa Stival merekrut puluhan pemain muda dan kemudian memindahkan mereka dengan cepat ke salah satu klub besar yang memiliki kesepakatan pengembangan.  “Semakin banyak benih Anda menanam, semakin besar peluang Anda untuk menghasilkan buah,” kata Stival. Keuntungan biaya transfer Lodi ke Atletico Madrid bisa menutupi lebih dari setengah dari total investasinya di bola.