Ketika Peserta Sinode II KUM Antusias Ikuti Rapat Mini dan Midi Bahas Pemberdayaan Pastoral Menuju Komunitas Pembebasan
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Kolumnis dan Penulis Buku)
Pesan Paus Fransiskus ini, lanjut Uskup Edwaldus sangat relevan dengan situasi kita saat ini. “Gereja kita, Gereja Keuskupan Maumere, mesti juga Gereja yang kontekstual. Gereja yang memahami situasi konkret umatnya. Dengan demikian dia menjadi Gereja yang relevan. Komunitas perjuangan yang terbuka dan missioner,” katanya.
Terkait Sinode II, Uskup Edwaldus menggarisbawahi tiga hal penting.
Pertama, dalam sinode, kita menampakkan kebersamaan kita sebagai anggota gereja yang satu dan sama. Ini berarti kita tidak sendirian. Kita saling berbicara, bertukar pikiran, syering pengalaman dan gagasan. Kita setara. Semua orang didengarkan. Semua orang diberi kesempatan untuk memberikan sumbangannya.
Kedua, Sinode ini bertujuan agar Gereja Keuskupan Maumere yang notabene baru berusia 17 tahun ini terus diperbaharui dari waktu ke waktu (ecclesia semper reformanda). Dalam semangat aggiornamento, Gereja Keuskupan Maumere berbenah. Dengan demikian Gereja Keuskupan Maumere lebih menampakkan Gereja Yesus Kristus. Wajah yang penuh belas kasih dan mengamalkan cinta dalam dua model yang saling berkaitan yakni cinta sebagai caritas dan cinta dalam memperjuangkan keadilan. Maka Gereja Keuskupan Maumere boleh menjadi komunitas pembebasan, di mana Kerajaan Allah dalam dunia nampak dalam Komunitas-Komunitas Basis yang terus berjuang.