Kebun Anggur Lembata
Siapa yang paling bertanggungjawab sehingga Kebun Anggur Lembata kurang menghasilkan buah atau hanya menghasilkan anggur asam di usianya yang sudah 21 tahun, sehingga kurang begitu dinikmati rakyatnya? Tidak ada yang lain selain para penggarap yang dipercayakan dan sudah berkata ya dan membuat kontrak dengan Allah.
Saya akhirnya teringat perumpamaan Kebun Anggur, Minggu yang silam: membayangkan kepercayaan sang pemilik kebun anggur yang dikhinanti oleh para penggarap yang berwajah sangar, serakah, penuh tipu muslihat, tak jujur dan tulus, tak terbuka pada kebenaran, begitu busuk sehingga diam-diam ingin mengambil alih kebun anggur itu untuk menjadi miliknya. Kalau tipikal penggarap seperti ini, layak bila sang tuan marah dan mengeksekusi.
Ya! Kebun Anggur Lembata tidak hanya butuh penggarap yang ulet, tetapi juga jujur dan penuh dedikasih. Dan oleh karena itu, kecemerlangan budi harus juga diimbangi dengan kecemerlangan hati. Ketika kebijakan apapun dibungkus dengan tipuan karna nafsu serakah, maka pada saat yang sama ketidakkepercayaan akan segera beraksi. Mungkin karena itu, Abraham Lincoln mengatakan “anda dapat menipu semua orang untuk beberapa saat, tetapi anda tak dapat menipu semua orang untuk selamanya”. Oleh karena itu, kejujuran; itulah kunci dan dedikasih; itulah modal. Hanya dengan itu Lembata Maju bukan sekedar tipuan slogan melainkan sebuah kesaksian. Lebih baik berjalan maju walau perlahan, daripada berjalan mundur dengan kecepatan tinggi. Selamat HUT 21 untuk Leu Awuqku.