Kebun Anggur Lembata
Begitulah fantasi saya saat itu ketika terhenyak oleh rencana para Uskup menjadikan Lembata sebagai Kebun Anggur. Walau fantasi itu tak menjadi kenyataan, namun meminjam Yesaya minggu yang silam, Lembata tetaplah Kebun Anggur dan anak-anak Lembata tetaplah pokok anggur, karena telah dicangkokkan dengan Kristus, Sang Pokok Anggur sejati. Eksistensi kristiani sebagai pokok anggur, yang menjadi warna dominan di hamparan Kebun Anggur Lembata itu, idealnya membuat Lembata terus bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah, karena diandaikan para pekerjanya telaten menggarap.
Sayang bahwa evaluasi pasca 21 tahun otonomi memberikan warna buram atas Lembata. Kasus penyelewengan keuangan, kasus kemanusiaan, tumpulnya pisau hukum sehingga tak bisa membedah kasus-kasus akbar, ataupun infrastruktur jalan yang begitu buruk di beberpa wilayah, sebagaimana ditayangkan Legan TV, merupakan segelintir cat hitam yang ikut membuat buram pigura Lembata, sehingga membuatnya bagai kebun anggur yang nihil hasil.