Kebun Anggur Lembata

Jujur! Ketika informasi itu keluar dari mulut Uskup yang selalu berkopiah merah ini, saya seakan dihipnotis untuk berfantasi bagaimana membentuk pulau leluhurku ini dari perbukitan padang sabhana menjadi hamparan hijau kebun   anggur. Saya berangan-angan akan melibatkan semua mahasiswa Unversitas Flores yang setipa tahun studi banding ke Israel untuk datang ke Lembata membuat kajian lebih mendalam, sekaligus menjadikan mereka sebagai animator handal untuk menganimasi kajian mereka  ke semua petani di desa-desa di antero Lembata. Saya  akan mendatangkan ahli tata ruang untuk men-design Lembata dengan brand Kebun Anggur, kemudian  melatih para relawan untuk menganimasi dan melatih lagi ke semua petani di desa-desa supaya mereka tidak sekedar berkebun melainkan menjadikan area perkebunan sebagai agrowisata yang produktif, sehingga hamparan tanah Lembata mulai dari Mingar  sampai Tanjung Leur berwajah biru bila melintasi pesisir dan berwajah asri hijau bila melintasi pedalaman.

Untuk menumbuhkan optimisme petani akan cuaca kehidupan baru yang dihembuskan Para Bapa Gereja itu, saya akan turun dari desa ke desa untuk memberi penyadaran kepada para petani supaya memilih pemimpin Lembata yang berlatar belakang pertanian, agar kebijakan-kebijakan politik pembangunan di Lembata selaras dengan apa yang sedang dikembangkan. Sebab dengan latar belakang pertanian itu, sang pemimpin bisa menjadi primus animator sekaligus memiliki kemampuan untuk memetakkan zona produk unggulan berdasarkan kajian kualitas tanah, sehingga di samping brand Kebun Anggur, masing-masing  wilayah memiliki  produk unggulan yang memungkinkan mobilitas barang dan manusia, sekaligus  membongkar isolasi dan memperlancar perputaran ekonomi.  Saya sangat yakin kehadiran kebun anggur di Lembata membuat  petani Lembata sangat makmur, karena selain kebutuhan Gereja yang tak pernah berhenti, juga beriringan dengan kebutuhan pariwisata yang sedang digalakkan, apalagi kebutuhan-kebutuhan pesta local yang sering diukur dengan melimpahnya  minuman, sebagaimana peristwa di Kana.

BACA JUGA:
Apa yang Membuat Kita Tetap Sehat dan Bahagia Saat Kita Menjalani Kehidupan?
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More