Kebenaran

Oleh: Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Misalnya, apakah benar alokasi budget yang sekian miliar dan triliunan itu hanya angka terberi yang ujug-ujug muncul begitu saja, atau mewakili suatu hitungan tertentu dan arahan di balik layar yang jauh dari hiruk pikuk diskusi di berbagai ruang debat, apalagi debat di medsos.

Mereka yang pernah terlibat dalam birokrasi perencanaan amat tahu situasinya tidak selinier itu. Tapi sudahlah. Bukan situasi itu yang hendak disampaikan disini.

Tidak semua yang tampaknya terjadi harus dikatakan apa adanya dan tidak semua yang dikatakan memang demikian adanya. Sebab, proses bernegara itu rumit. Jangankan negara, rumah tangga suami-istri saja, masih ada hukum rahasia itu.

Ada yang bisa dikatakan ke pasangan dan ada yang tidak. Bahkan, profil diri sendiri pun merupakan arena rumit untuk menyatakan kebenaran. Butuh keberanian untuk jujur mengatakan apa adanya.

Seringkali seseorang tidak berani mengatakan kejujuran karena memikirkan dampaknya yang barangkali bakal meruntuhkan langit dan mengguncang bumi. Mengatakannya secara jujur adalah taruhan tidak semata-mata ke luar sana, tetapi pertama-tama untuk diri sendiri.

BACA JUGA:
Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama Di Indonesia (Bagian IV)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More