
Lebih lagi, ketika arena publik mekar berkembang dalam berbagai institusi kehidupan bersama yang terus bertumbuh dari lokal menjadi global saat ini. Anehnya, saat dunia semakin canggih, topik sorotannya kurang lebih tetap sama dari dulu hingga hari ini.
Apa itu kebenaran? Siapa yang mengatakannya? Bagaimana metode memvalidasi kebenaran? Hampir semua filsuf menyentuh wilayah ini. Buku-buku mereka tebal-tebal.
Meminjam guyonan Gus Dur, kalau buku-buku itu ditumpuk, susunannya barangkali sudah sampai ke surga. Karena itu, saya pun tidak akan membahas pertanyaan-pertanyaan ini.
Yang akan saya soroti adalah keberanian menyatakan kebenaran. Tidak mudah karena kebenaran selalu licin untuk dipegang terutama karena wadahnya, yakni struktur sosial kita hari ini adalah wadah yang keropos.
Saat struktur itu goyah, amat sulit untuk serta merta percaya bahwa orang yang menjadi representasi struktur akan sungguh-sungguh mengatakan apa adanya. Ambillah contoh pernyataan para Menteri dalam sidang itu.
Apakah memang benar seperti yang dinarasikan disana adalah kenyataan aktual dari proses administrasi dan birokrasi bantuan sosial di negeri ini. Ataukah ada kendali lain yang tidak akan dan memang tidak boleh dibuka di ruang publik.