”Kamu telah berperang di medan tugas mulia dengan sempurna dan kini kembali membawa warta kemenangan sebagai kabar baik. Kamu berdua mewakili imam-imam SVD yang pernah berkarya di Bima,
Dana Mbojo ini. Bibit Sang Sabda telah disiram di tanah ini dan kami adalah saksinya”. Sebuah keberanian ditunjukkan di tengah masyarakat mayoritas yang sekaligus menyatakan ’kami masih ada dan akan tetap ada di sini’.
Kumpulan keluarga Sumba-Bima yang belum dapat dinamakan paguyuban, bagaikan kawanan kecil di tengah kawanan besar di daerah perantauan.
Mereka adalah umat Katolik perantau dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Diyakini bahwa kawanan kecil ini datang dari NTT dengan mengantongi bibit sesawi, Sang Sabda yang menjadi kekuatan di tanah rantau.
Ternyata, identitasnya tidak hanyut oleh terpaan situasi asing dan zaman yang berbeda. Itulah yang sungguh disadari yang terukir indah penuh arti pada baliho yang menjadi latar belakang tempat perayaan misa kudus.
Misa perpisahan pastor paroki dan pastor rekan Paroki St. Yusuf Raba-Bima yang dibuat pada Selasa, 16 April 2024 di belakang Ruko Paroki, depan terminal Dara, Kota Bima. Rupanya belum terasa cukup dengan acara pelepasan bersama yang diadakan oleh paroki.