
Kaum Muda dan Mahasiswa di Antara Corong Aspirasi Rakyat dan Hegemoni Kekuasaan
Oleh Walburgus Abulat: Kolumnis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama
Perbedaan persepsi ini memang melahirkan berbagai aksi protes yang gencar dilakukan mahasiwa. Di antaranya pada pertengahan Januari 1974 di saat kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta. Atau saat unjuk rasa massal yang dipelopori mahasiswa pada tahun 1978. Saat di mana, mahasiswa secara kritis mempertanyakan keabsahan tanggung jawab dari pihak yang berkuasa yang melakoni roda pembangunan negara ini yang dinilai tidak pro-rakyat. Aksi protes ini tak membawa hasil sukses dari apa yang menjadi tuntutannya. Malah sebaliknya mereka (mahasiswa) dituduh sebagai ‘pengrongrong kewibawaan’ pemerintah (bdk. Artikel Suryadi A. Radjab: Panggung-Panggung Mitologi dalam Hegemoni Negara seperti dimuat dalam Malajah Prisma Oktober 1991 halam 68-72).
Meletakan tuduhan tadi ke atas apa yang menjadi cita-cita (das Sollen) dan apa yang menjadi kenyataan (das Sein) perjuangan mahasiswa agaknya tidaklah berdasar. Sebab cita-cita dan kenyataan esensi perjuangan mahasiswa sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
