
Kaum Muda dan Mahasiswa di Antara Corong Aspirasi Rakyat dan Hegemoni Kekuasaan
Oleh Walburgus Abulat: Kolumnis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama
Praktik-praktik ini menyata dalam aneka fenomena sosial dan pemerintahan yang ditandai korupsi yang merajalela, keadaan ekonomi yang didominasi oleh segelintir orang, ketidakadilan di mana-mana, menjamurnya praktik-praktik pelanggaran HAM, fenomena kemiskinan yang terus melilit rakyat kebanyakan, dan beberapa fenomena sosial lainnya.
Kritikan yang dilontarkan para mahasiswa ini memang terkesan didengar, diterima, namun pada akhirnya para penentu kebijakan tidak bisa memberikan jawaban secara tuntas. Malah oleh suatu kebijakan yang diturunkan dari atas lantas muncul konsep ‘back to campus’ di mana peran mahasiswa dipersempit dan dikerdilkan sehingga ruang mahasiswa terbatas pada kegiatan intelektual dan kontemplasi biasa.
Membaca dan menempatkan kebijakan ini dalam esensi perjuangan mahasiswa mungkin dapat dianggap belum tepat. Sebab kebijakan ini bukan merupakan jawaban atas tuntutan dan aspirasi perjuangan mahasiswa. Dalam konteks ini bisa dimengerti jika jeritan kebenaran dan keadilan yang disuarakan oleh mereka tak dapat diredam, bahkan per se (melaluinya) menimbulkan pertarungan pada tingkat praksis yang semakin gencar. Pertarungan ini terjadi antara peranan yang dikehendaki pihak berkepentingan di satu sisi, dan panggilan aspirasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa pada sisi lainnya.
