
Kaum Muda dan Mahasiswa di Antara Corong Aspirasi Rakyat dan Hegemoni Kekuasaan
Oleh Walburgus Abulat: Kolumnis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama
Mahasiswa (Kaum Muda) dalam Sekilas Lintasan Sejarah
Menelaah sejarah perjalanan bangsa ini, tentu tidak bisa terlepas dari aliansi pentahapan episode waktu. Episode yang tidak saja terikat dalam jalinan satu sesudah yang lain (khronos), tetapi terutama mengacu pada keterikatan ‘kairos’ momen yang dirahmati.
Kita awali pentahapan momen saat ‘khronos’ itu dari episode perdana tahun 1908, di mana Kebangkitan Nasional sebagai momentum sejarahnya. Dalam pada itu, para mahasiswa dan pemuda terpanggil untuk merajut aspirasi bersama dengan kaum pejuang lainnya di atas semangat patriotisme yang pantang menyerah untuk melawan penjajah. Momen awal yang menentukan ini mengantarkan para mahasiswa dan pemuda menuju episode kedua yakni Sumpah Pemuda 1928. Sumpah Pemuda menggelorakan ikrar setianya: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa yakni INDONESIA.
Jalinan kedua episode ini menghasilkan saat rahmat (kairos) pada tahun 1945. Saat itu, Mahasiswa dan pemuda beserta para pejuang lainnya bersatu hati, pikiran, tenaga dalam semangat keberanian untuk memproklamirkan Kemerdekaan Negara Indonesia.
