KATA SEINDAH BUNGA; Narasi Servulus Isaak SVD

Oleh: Gerard N. Bibang

Mata saya berkaca-kaca. Terharu gembira. Benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan pujian seperti itu. Dia tahu, lalu bilang: “Sudah, sudah, kamu sudah kerja keras, termasuk cepat.”

“Tapi saya tidak lihat index e Pater”

“Hah, terus bagaimana”

“Saya baca alinea-alinea yang ada stabilo kuningnya”

Hahahahaahahaha, hahahahahahaha, dia tertawa terbahak-bahak dengan sangat kencang. Mungkin karena merasa kecolongan, sampai-sampai waktu dia minum, dia ambil sloki saya yang masih isi setengah. “Ini saya punya sloki, pater,” kata saya sambil mencegah tangannya. Kami dua terbahak-bahak sekencang-kencangnya.

Ketika hendak pamit, dia memberitahu saya jangan lupa segera infokan sekretariat untuk meminta jadwal sidang.

Satu Pertanyaan

Tibalah saat ujian skripsi. Penguji utama ialah ekseget muda Perjanjian Baru: Pater Guido Tisera. Dia baru pulang studi dari Roma. Dan waktu itu mengajar tingkat kami: Khotbah di Bukit.

Saya tidak tahu, dan selalu lupa saya menanyakan ketika beberapa kali berjumpa Pater Guido di Jerman, kenapa dia begitu bersemangat menguji serta memberi pertanyaan banyak sekali. Anehnya tidak tentang substansi tapi tentang relevansi skripsi.

BACA JUGA:
Pelapor Ultimatum Gisel Minta Maaf, Mangkir Dua Kali Bisa Dipanggil Paksa
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More