Saya balik menuju kamar di wisma Fransiskus dengan gumam kecil: “Aeh biar sudah, kalo kali ini revisi lagi, saya tidak mau nodek, mau lulus, lulus, mau tidak lulus, ya sudah. Martin Warus, nyeletuk: “kau ini yang kerja mepet waktu, ya, salah sendiri. Pater Servulus kasi perbaikan, kau ngeluh lagi.” Sambung Boni Selu: “ Siapa suruh kau kerja telat, lihat saya ka sudah kerja dari tiga bulan lalu. ‘Terus hasilnya bagaimana,” tanya saya. “Aeh belum dipanggil-panggil e sama Pater Osiaz, hahahahahaha” Hahahahaahahaha, kami bertiga ngakak sejadi-jadinya.
Besok sore saya dipanggil. Dag dig dug. Masuk kamar Pater Servulus seperti memasuki ruang pengadilan. Dia tersenyum dan ambil botol whizky kecil (saat itu untuk pertama kali saya melihat botol whizky), mengambil dua sloki, menuangkannya lalu kami toast. Dia tersenyum. Tapi wajah saya masih asam. Hmmmm, ada apa ya ini, gumam saya dalam hati.
Lalu dia mengambil skripsi saya dari mejanya. Saya lihat, clear and clean. Tidak ada coretan. “Bagus, sehr zufrieden (=sangat puas). Saya pikir kemarin kamu buat asal-asalan karena baru saya berikan buku aslinya.”