KATA SEINDAH BUNGA; Narasi Servulus Isaak SVD

Oleh: Gerard N. Bibang

Saya balik menuju kamar di wisma Fransiskus dengan gumam kecil: “Aeh biar sudah, kalo kali ini revisi lagi, saya tidak mau nodek, mau lulus, lulus, mau tidak lulus, ya sudah. Martin Warus, nyeletuk: “kau ini yang kerja mepet waktu, ya, salah sendiri. Pater Servulus kasi perbaikan, kau ngeluh lagi.” Sambung Boni Selu: “ Siapa suruh kau kerja telat, lihat saya ka sudah kerja dari tiga bulan lalu. ‘Terus hasilnya bagaimana,” tanya saya. “Aeh belum dipanggil-panggil e sama Pater Osiaz, hahahahahaha” Hahahahaahahaha, kami bertiga ngakak sejadi-jadinya.

Besok sore saya dipanggil. Dag dig dug. Masuk kamar Pater Servulus seperti memasuki ruang pengadilan. Dia tersenyum dan ambil botol whizky kecil (saat itu untuk pertama kali saya melihat botol whizky), mengambil dua sloki, menuangkannya lalu kami toast. Dia tersenyum. Tapi wajah saya masih asam. Hmmmm, ada apa ya ini, gumam saya dalam hati.

Lalu dia mengambil skripsi saya dari mejanya. Saya lihat, clear and clean. Tidak ada coretan. “Bagus, sehr zufrieden (=sangat puas). Saya pikir kemarin kamu buat asal-asalan karena baru saya berikan buku aslinya.”

BACA JUGA:
Shakira Melelang Pakaian untuk Mereka yang Kelaparan di Amerika Serikat
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More