Kasus Nabot: Perampasan Lahan dengan Modus Subversi
Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Keberlanjutan, Tinggal di Jakarta)
Nabot lalu dihadirkan bersama para penjahat bayaran. Orang-orang dursila itu tampil menyampaikan tuduhan mereka. Tidak banyak dikupas bagaimana Nabot membela dirinya. Tetapi di hadapan semua kaum yang berkabung dan marah, Nabot tidak bisa berbuat apa-apa. Dia dihukum mati dengan lemparan batu hingga mati.
Izebel segera menyambungkan berita gembira kematian Nabot ke suaminya, Raja Ahab. Serta merta tanah itu pun segera beralih jadi kebun sayur sang Raja.
Namun sebagaimana diuraikan Raja-Raja, Ahab tidak ditimpakan hukuman manusia. Tetapi dari Raja Semesta Alam. Nabi Elia datang membawa pesan Allah bahwa tindakan Ahab sangat jahat dan keji.
Dia tidak hanya menimpakan dosa bagi Abot seorang, tetapi juga bagi satu bangsa yang ikut-ikutan bodoh-bodoh menghukum Nabot. Allah memastikan dia dan semua keturunannya laki-laki akan mati dengan keji dan mayat-mayat mereka demikian tak berharga, tak ubahnya seperti sisa makan dan kotoran yang akan dimakan anjing.
Hukuman itu ditegakkan. Nabot mati kehabisan darah, setelah anak panah pasukan lawan menembus baju zirahnya. Ketika kretanya dicuci, darahnya dijilat anjing dan air tempat yang sama menjadi tempat mandi para perempuan sundal.