Kasih Tanpa Batas: Etika Bisnis Menurut Ajaran Sosial Gereja

Oleh Maria Herlina Serina, Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng

Menurut Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si, pentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan ditekankan sebagai bagian dari kehidupan beriman yang integral. Melalui pendekatan ini, diharapkan pelaku bisnis dapat membangun reputasi yang baik, menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dengan berbagai pemangku kepentingan, dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Di konteks Indonesia, di mana mayoritas penduduknya agama Islam, nilai-nilai religius sering kali menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Gereja memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan etika individu. Ajaran sosial gereja menekankan pentingnya keadilan, penghargaan terhadap martabat manusia, dan tanggung jawab terhadap komunitas.

Namun, meskipun banyak pelaku bisnis yang memahami pentingnya etika dalam berbisnis, sering kali mereka terjebak dalam praktik yang merugikan, seperti korupsi, eksploitasi tenaga kerja, dan pencemaran lingkungan. Tantangan ini menunjukkan perlunya suatu pedoman yang solid dan terintegrasi, yang tidak hanya berasal dari regulasi pemerintah, tetapi juga dari nilai-nilai moral yang dapat dipegang teguh oleh setiap individu dalam menjalankan bisnis.

BACA JUGA:
Mempertimbangkan Pendelegasian Perempuan dalam Proses Adat Perkawinan di Sikka
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More