Atas alasan semua tata kelola demokrasi harus ditempuh secara politis maka masyarakat pun dikondisikan untuk tidak mampu melompati pagar loyalitas yang dibudayakan secara baku. Menarik bahwa setiap hajatan politik menampilkan kompetisi para figur, dan momen ini memberi ruang pencitraan sebagai jurus kemenangan.
Kontaminasi pemikiran dan pola waras maupun ambigu dipertontonkan minimal mengelabui konsep rasional masyarakat demi menaruh simpati. Dan dampak terjauh dari trik ini adalah kubu – kubu keberpihakan bernuansa fanatisme. Lembata sebagaimana suhu politik di daerah lain sedang getol melakoni jurus Pencitraan menuju Lembata satu.
Pasca meninggal dunianya Bupati Eliazer Yentji Sunur, jurus ini menjamur dan menjadi trend, bukan saja oleh figur petarung melainkan juga dibumbui para simpatisan menjadi suguhan menarik bagi publik. Wajar dan realistis bila atas alasan tidak ada cara lain lalu pencitraan diagungkan sebagai jurus pamungkas, melitanikan sederet keberhasilan mengatasnamakan putera terbaik Lembata merebut massa menuju Lembata satu.