Jurus Pencitraan Menuju Lembata Satu

Oleh: Rm. Paulus Bapaq Hobamatan, Pr

Atas alasan semua tata kelola demokrasi harus ditempuh secara politis maka masyarakat pun dikondisikan untuk tidak mampu melompati pagar loyalitas yang dibudayakan secara baku. Menarik bahwa setiap hajatan politik menampilkan kompetisi para figur, dan momen ini memberi ruang pencitraan sebagai jurus kemenangan.

Kontaminasi pemikiran dan pola waras maupun ambigu dipertontonkan minimal mengelabui konsep rasional masyarakat demi menaruh simpati. Dan dampak terjauh dari trik ini adalah kubu – kubu keberpihakan bernuansa fanatisme. Lembata sebagaimana suhu politik di daerah lain sedang getol melakoni jurus Pencitraan menuju Lembata satu.

Pasca meninggal dunianya Bupati Eliazer Yentji Sunur, jurus ini menjamur dan menjadi trend, bukan saja oleh figur petarung melainkan juga dibumbui para simpatisan menjadi suguhan menarik bagi publik. Wajar dan realistis bila atas alasan tidak ada cara lain lalu pencitraan diagungkan sebagai jurus  pamungkas, melitanikan sederet keberhasilan mengatasnamakan putera terbaik Lembata merebut massa menuju Lembata satu.

BACA JUGA:
Profisiat Mgr. Maksimus Regus: Gembala Pegiat Literasi, Kolumnis, dan Penulis Buku Andal
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More