”Jas Merah” Dari Soekarno: Penguatan Pendidikan Karakter Anak

Oleh: P. Yosep Bala Makin, SVD. Penulis adalah Pastor Paroki St. Yusuf Raba-Bima

Tahap terakhir adalah tahap kritis. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu melihat setiap persoalan sejarah. Muncul pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan setiap peristiwa dan narasi sejarah yang dibaca atau yang sedang dipelajari. Peserta didik mulai berusaha mencari pendasaran dan menemukan persoalan sejarah. Awal sejarah kejadian itu hingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Peserta didik berusaha untuk melihat fakta sejarah dari pelbagai perspektif. Entahkah perspektif politik yang lebih dominan atau ekonomi, kemasyarakatan dan budaya.

Karena itu, selain gambar/foto yang tergantung pada dinding setiap ruang kelas terdapat pula kutipan-kutipan yang berasal dari para tokoh dapat menjadi inspirasi dan memotivasi bagi peserta didik dalam belajar. Identitas para tokoh dikenal dan juga memacu peserta didik meneladani semangat dan perjuangan mereka. Kutipan-kutipan itu sesuai jenjang pendidikan.

Sebagai contoh:

Tingkat Sekolah Dasar:

  1. ”Gantungkan cita-citamu setinggi langit” (Soekarno)
  2. ”Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya” (Soekarno)
  3. ”Panggil Aku Kartini Saja” (RA. Kartini)

Tingkat Sekolah Menengah Pertama:

  1. ”Berikan aku 10 orang tua akan kucabut Semeru, Berikan Aku 10 Pemuda akan Kuguncang Dunia” (Sukarno)
  2. ”Setiap Orang Menjadi Guru, Setiap Rumah Menjadi Sekolah” (Ki Hadjar Dewantara)
  3. ”Jas Merah”: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” (Soekarno)

Tingkat Sekolah Menengah Atas:

  1. ”Bunga mawar tidak memprogandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya” (Soekarno)
  2. ”Aku lebih suka lukisan Samudra yang gelombangnya menggebu-gebu daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram” (Soekarno)
  3. ”Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki” (Moh. Hatta)
  4. ”Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal Namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita (Moh. Hatta)

*****

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More