
”Jas Merah” Dari Soekarno: Penguatan Pendidikan Karakter Anak
Oleh: P. Yosep Bala Makin, SVD. Penulis adalah Pastor Paroki St. Yusuf Raba-Bima
Dengan demikian, setiap generasi akan diajari yang benar dan tepat tentang sejarah, masa lalu yang sudah tertulis dan bahkan sudah dibukukan secara resmi yang dipelajari dan didalami dalam buku sejarah. Perlu diingat bahwa ada perbedaan makna kata melupakan sejarah dan meninggalkan sejarah dalam konteks pidato kepresidenan itu. Menurut Halo Belva A, makna dari Jas Merah ”jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” adalah janganlah ada satu pun warga negara Indonesia yang ahistoris. Warga negara yang ahistoris adalah warga yang menghapus dari ingatannya, tak ada yang tersisa atau yang tersimpan di ingatannya. Kata ’melupakan’ adalah upaya seseorang untuk membuang suatu ingatan yang ada dalam pikiran. Semua hal yang jelek dan tak berkenan dilupakan dalam arti tak boleh diingat lagi. Tak boleh disisakan dalam ingatan. Berarti semua yang terlintas di pikirannya bisa dibuang, lupa akan, diabaikan, dilalaikan, dihapus dari ingatan karena dianggap tidak berguna. Tak ada kegunaan untuk hidup pribadi apalagi dalam hidup berbangsa dan bernegara.