Masuk Esemanari Kisol
Begitu mendengar nama Seminari Kisol itu, hati saya pun mulai berkobar-kobar dan berbunga-bunga. Sudah cukup lama saya ingin sekali masuk Seminari itu. Walaupun pada masa itu, kata “seminari” belum begitu akrab di telinga dan mulut kami. Mungkin itu sebabnya ada orang kampung yang agak susah mengucapkan kata “seminari” itu. Ada yang mengucapkannya esemanari. Mungkin karena orang sudah terlebih dahulu akrab dengan SMA (Esema) lalu ditambah kata nari sehingga terkesan orang mau belajar menari.
Bahkan adik saya yang waktu itu masih kecil lebih sulit lagi mengucapkannya. Begitu dia mendengar bahwa kakaknya mau masuk seminari, tampak sekali bahwa dia ikut senang. Karena itu, dengan bahasa dan kata-kata yang belum begitu lancar, ia bercerita kepada orang-orang bahwa kakakku mau masuk esemanarise. Saking susahnya mengucapkan kata seminari itu. Walaupun terasa susah diucapkan orang-orang, saya sendiri sama sekali tidak mengalami kesulitan. Saya ingin masuk seminari. Karena ada suatu rasa tertarik yang begitu kuat yang muncul di dalam hatiku. Rasa tertarik itu lebih disebabkan oleh sebuah daya pesona, entah apa, dari beberapa siswa seminaris yang berasal dari sekolah dasar kami itu.