Indonesia Surplus Beras Saat Negara Lain Alami Krisis

“Karena perubahan iklim, terjadi keterlambatan produksi, yang biasanya mereka tanam satu tahun bisa dua kali, jadi hanya satu kali, atau bahkan tidak sama sekali,” kata Fadjry.

Hal itu kemudian mendorong sejumlah negara penghasil komoditas pangan tertentu menahan kegiatan ekspor. Ini dilakukan untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri.

Kondisi tersebut, kata Fadjry, memperburuk status pangan dunia dan menimbulkan ancaman krisis. Guna menekan dampak krisis pangan yang berkepanjangan, maka diperlukan upaya bersama dan kolaborasi yang kuat.

Karenanya, forum G20 kali ini juga memperkuat upaya kerja sama dan kolaborasi tersebut. Dalam Meeting of Agriculture Chief Scientist (MACS) yang menjadi bagian dari Agriculture Working Group (AWG) Presidensi G20 Indonesia misalnya, berfokus pada mempertajam kemampuan mengatasi ancaman krisis pangan.

“Jadi kalau bicara pangan, kita belajar dari negara tetangga yang sama agrarisnya. Kalau padi, ya yang cukup maju seperti Jepang, Korea, Tiongkok,” imbuh Fadjry.

BACA JUGA:
Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Larantuka-Flores
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More