In Memoriam RP. Kurt Frans Bard, SVD; Ubah Mataloko Menjadi Kota Allah

Oleh Stefanus Wolo Itu (Imam Projo KAE, Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss)

In Memoriam RP. Kurt Frans Bard, SVD Ubah Mataloko Menjadi Kota Allah
Gereja Sankt Peter di Kota Kelahirannya Pater Kurt Frans Bard, SVD. Foto Istimewa.

 

Karakter ini memudahkan Pater Kurt masuk dalam kehidupan mereka. Dia mencintai inkulturasi dalam gereja. Dia menginginkan liturgi yang berwajah budaya dan pengungkapan iman yang berwajah lokal. Salah satu muridnya, Dr. Watu Yohanes Vianey menulis: “RP Kurt membangun Kapela Were dengan pendekatan inkulturasi yang progresif. Ia membuat meja altar dari nabe meze atau bahan air berkat diambil dari ritus kela
nio“.

Saya ingat satu kesempatan sidang pastoral keuskupan di Kemah Tabor, Pater Kurt pernah membawakan khotbah menarik dengan tema inkulturasi. Pater Kurt adalah misionaris Eropa yang paling sering menggunakan busana adat Ngada dalam perayaan ekaristi. Saya sempat menyaksikan sendiri dalam beberapa perayaan liturgi. Kita bisa menyaksikan foto-foto beliau di media sosial.

Pater Kurt menghidupi spiritualitas SVD di Mataloko. Mataloko harus tetap menjadi “Stadt Gottes atau Kota Allah“. Stadt Gottes  ini saya ambil dari nama majalah yang terbit pertama di Steyl tanggal 6 Januari
1878. RP. Arnold Janssen selalu mengingatkan para misionaris untuk terus merangkul umat pelayanan menjadi satu keluarga Allah. Stadt Gottes atau Kota Allah itu terwujud ketika Sabda Allah hidup di sana
dan Allah hidup dalam hati orang-orangnya.

BACA JUGA:
NTT dalam Gerakan Literasi Sekolah
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More