Hip Hip Hura di Bukit Cinta Labuan Bajo!

Oleh Benediktus Kasman

Memang udara panas membekap perjalanan dari kaki bukit.

Aroma keringat dingin membasahi kening dan menembus baju dan celana.

Memburu Sunset di Puncak Wolobobo
Penulis / Benediktus Kasman

 

Namun, angin menerpa hingga tak berpeluh.

Pemilik bukit belum berinovasi. Siapa saja ‘welcome’. Menikmati dengan bebas tanpa hambatan.

Tak ada ‘birokrasi’ seperti tempat-tempat wisata konvensional.

Belum ada pondok dan kafe. Tidak ada urusan tiket masuk. Juga kakus belum dibangun.

Segalanya dinikmati pordeo.

Kukira tuannya masih mendekap kuat paham makna fungsi sosial tentang tanah sehingga siapa saja boleh mengambil kesempatan bertamasya di Bukit Cinta.(*)

BACA JUGA:
Mengenal Karya Lewis, Antropolog Kawasan Timur Indonesia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More