
Pertama, sebagai media untuk menyalurkan potensi menulis. Dari data yang dihimpun dari hasil PISA( Programme for International Student Assessment), pada tahun 2018, yang dirilis bulan Maret 2021, tingkat literasi anak Indonesia dibidang Membaca, Matematika dan Sains, “masih rendah”, dilaporkan oleh Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suryanto. Hasilnya, kemampuan literasi rendah ( 70%), Kompetensi Minimum dalam membaca, kemampuan dalam bidang matematika (71%), dan bidang sains (60%). Jadi, kemampuan literasi anak Indonesia berada pada level(rendah), artinya hanya mampu memahami teks tertulis saja. Tingkat hafalan saja. “Belum mampu berpikir tingkat tinggi. Namun, untuk literasi DKI Jakarta dan Yogyakarta berada di atas Nasional.
Kedua, Majalah sekolah dapat dijadikan sebagai media komunikasi di sekolah. Majalah dinding sekolah sebagai suatu media komunikasi antar elemen warga sekolah; siswa dan guru, karyawan sekolah dan Kepala Sekolah. Misalnya; menulis tentang pembelajaran mata pelajaran fisika yang menyenangkan. Guru keterampilan menulis tentang prosedur membuat Kincir Angin dan atau Kipas Angin dari bahan sampah daur ulang . Hasil apresiasi dari karya inovatif siswa dituangkan dalam bentuk tulisan artikel .