‘Hidup Enak’ Jadi Koruptor

Oleh Arnoldus Nggorong, Penulis adalah alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Dalam konteks ini, dapat dimengerti dantidak heran pula, mereka masihbisa dan tetap tersenyum seraya melambai-lambaikan tangan kepada sorotan kamera wartawan karena ini cuma soal administrasi biasa.

Kelima, hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor masih ringan. Belum lagi remisi yang diperoleh para nara pidana korupsi dan fasilitas yang dinikmatinya selama berada di penjara (dapat dilacak dalam jejak digital). Setelah keluar dari penjara mereka masih dapat menikmati hasil korupsinya. Bahkan yang palinggampang adalah para pelaku korupsi yang masih berstatus tersangka dapat mempraperadilankan pihak yang telah menangkapnya sehingga pelaku pun, dapat saja, dibebaskan.

Dengan narasi singkat di atas, paling kurang kita memperoleh sedikit gambaran bahwa para koruptor memiliki nasib yang cukup beruntung di Negara Kesatuan Republik Indonesia.Kondisi ini amat berbeda dengan nasib koruptor di Negeri Cina, yang mendapat hukuman mati.

Dengan lain perkataan, lebih enak jadi koruptor daripada hidup jujur, seadanya, hidup pas-pasan, berkekurangan pula, tapi sengsara, derita yang diperoleh. Jadi, sekali lagi, memang lebih enak jadi koruptor. Dengan rumusan yang ekstrim, jika ingin hidup lebih baik, jadilah koruptor di Indonesia.

BACA JUGA:
Wisata Literasi: Menumbuhkan Kecintaan Siswa  Terhadap Budaya Lokal
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More