Tahun ini diperingati hari bersejarah buat sistem Komunikasi dunia yang ke 55, tahun 2021, sebagai tahun komunikasi masyarakat dunia. Setelah ditetapkan oleh Sri Paus 55 tahun lalu, bahwa dunia harus dibangun di atas landasan suatu pondasi komunikasi yang intens, penuh damai, akrab, kondusif. Tidak saling menyakitkan satu sama lainnya. Buktinya, akhir-akhir ini kelihatannya, hampir setiap hari timbul masalah komunikasi yang terganggu di tengah keluarga masyarakat dunia. Kita tahu, di era dan jaman komunikasi yang begitu kuat dan dasyat ini, begitu terasa kuat dan dominan pengaruh sosial media, di dalam berkomunikasi di ruang privat dan merambah ke ruang publik. Lalu, kita tidak bisa menghindar dari pengaruh sosial media dalam berkomunikasi setiap saat. Mungkin, kita hanya dapat mengendalikan cara memanfaatkannya.
Sebab, sangat rentan ketika isue kehidupan rumah tangga diumbar dalam berkomunikasi menggunakan sosial media secara serampangan. Bisa memicu timbulnya masalah yang tidak pernah berakhir pada ujung perdamaian di kalangan keluarga dunia sekitar kita. Terlanjur terluka dan tersiar secara massif di dunia maya membuat kebanyakan keluarga kita putus di tengah jalan, alias bercerai. Mahligai rumah tangga hancur bagai Sunami dan dasyatnya siklon tropis Seroja 99. Sedasyat silet Sosial Media yang massif pula menggerogoti komunikasi keluarga dimana saja dan kapan saja. Yang lainnya, ikut mengompori mahligai rumah tangga yang sedang ditenun dan dirajut sesuai perjanjian akad nikah di hadapan penghulu atau KUA, dan dihadapan pendeta dan pastor paroki. Kalau dikalangan Kristen sebagai sesuatu yang sakral, dinamakan sakramen perkawinan. Yang hanya dapat diterimakan oleh kaum awam yang sudah dewasa untuk hidup berumah tangga. Setelah memenuhi beberapa syarat sesuai ketentuan gereja Kristen Katolik. Melalui kursus persiapan perkawinan Katolik, dan pembinaan dan pembekalan sebelum menerima sakramen perkawinan. Itu standar persiapan untuk melalui jalan komunikasi keluarga yang akan dibangun menuju keluarga yang beriman kuat dan kokoh. Menuju keluarga yang mandiri dan sejahtera berkomitmen atas janji perkawinan.