Guru yang Menulis

Oleh: Sil Joni*

Saya menduga, kelihatannya para guru masih merasa bahwa komponen administratif merupakan hal paling penting. Energi atensi para guru lebih banyak dihabiskan untuk mengurus hal-hal administratif-teknis yang dibuat dalam bentuk tulisan. Umumnya, mereka merasa sudah berliterasi ketika pelbagai perangkat pembelajaran itu sudah beres.

Tidak ada yang salah dengan anggapan semacam ini. Memang sebagai guru profesional, hal pertama dan utama adalah ‘membereskan’ pelbagai perangkat pembelajaran tersebut. Tetapi, saya kira, keseriusan dalam menekuni aktivitas menulis, bisa memacu tingkat kompetensi dan profesionalisme seorang guru.

Pada sisi yang lain, argumen bahwa ‘menulis’ itu sebagai hobi masih diamini oleh sebagian guru. Ketika menulis dilihat sebagai ‘kesenangan pribadi’, maka tidak heran jika ada banyak yang apatis dengan kegiatan menulis itu. Alasannya adalah menulis itu bukan ‘tugas utama dan panggilan’ sebagai guru, tetapi urusan privat untuk mengisi waktu senggang semata.

Berita gembiranya adalah pemerintah coba membuat semacam terobosan bagaimana menggenjot kemampuan menulis para guru. Menghasilkan karya tulis baik yang diterbitkan dalam bentuk buku maupun yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan media massa, menjadi salah satu syarat untuk mendapat tunjangan profesi dan kenaikan pangkat atau golongan.

BACA JUGA:
Kepakan Sayap "Dewi Keadilan" dalam Sengketa Pilkades
Berita Terkait
1 Komen
  1. babas berkata

    ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More