Guru yang Menulis

Oleh: Sil Joni*

Untuk sampai pada tingkat cakap dalam menulis, para guru juga harus jadi pembaca yang rakus dan tekun. Rasanya, mustahil seorang guru ‘terampil dalam menulis’, jika tidak punya kebiasaan yang baik dalam membaca. Minat baca yang rendah, tentu saja berimplikasi pada ketidakmampuan menghasilkan tulisan yang bernas.

Mungkin rendahnya minat baca para guru, menjadi salah satu sebab mengapa tidak banyak guru yang punya kemampuan menulis dengan baik. Boleh jadi, hipotesis ini berlebihan. Tetapi, coba sesekali kita bertanya kepada para guru perihal berapa judul buku yang mereka baca setiap minggu dan apa judul buku terakhir yang mereka baca.

Saya menduga bahwa mayoritas guru akan menjawab nol buku. Jika tidak ada buku yang dibaca, tentu saja mereka tidak mungkin menyebut ‘apa judul buku’ yang mereka dalam hari-hari terakhir sebelum pertanyaan itu dilontarkan. Jika ada yang menjawab satu atau dua buku yang dibaca, dugaan saya, itu adalah buku teks (pelajaran).

Saya berharap, opini di atas tidak sepenuhnya benar. Mungkin kenyataan seperti itu hanya kasuistik sifatnya. Sampai detik ini, saya belum mendapatkan hasil riset khusus yang memetakan bagaimana para guru di Indonesia membaca buku. Apakah membaca buku itu sudah membudaya dalam diri para guru? Jenis buku apa saja (jika punya minat) yang mereka baca?

BACA JUGA:
Keunggulan Lain "Loyola": Perspektif Alumni
Berita Terkait
1 Komen
  1. babas berkata

    ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More