
Globalisasi dan Spiritualitas Ilmu Pengetahuan (Bag. I)
Oleh: Jacob J Herin (Penulis Buku dan Mantan Wartawan dari Kantor Berita Internasional)
Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai-nilai moral selalu dirumuskan dalam bentuk ajaran-ajaran moral dengan tuntutan untuk dihayati dalam praktik hidup bermasyarakat. Melalui nilai-nilai moral seseorang
memberikan keyakinan kepada para pemimpin pantaskah seseorang yang moralnya sudah rusak oleh tingkah lakunya dijadikan pelayan pastoral. Seorang pemuda tampan, pakaiannya kotor menjadi penghuni kompleks Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia duduk menonton tukang batu membangun pagar sebuah kubur. Saat makan siang mereka memberinya sepiring nasi lalu makan bersama. Dia menyampaikan karena putus cinta sehingga hidupnya merana seorang diri di kompleks pekuburan.
Di tempat lain, di ujung jalan Trans Flores, seorang perempuan muda dalam keadaan hamil tua menggendong bayi laki-laki umurnya sekitar setahun, berjalan mengenakan celana cawat tanpa baju. Perempuan itu terus berbicara sambil tertawa. Orang-orang yang berada di pinggiran jalan melihatnya terheran-heran?. Sejumlah anak-anak sekolah mengikutinya dari belakang sambil berteriak orang gilaaaaaaa…orang gilaaaaaa. Anak saya bertanya. ”bapak mengapa mereka menjadi gila?. Anak, jawab
saya, mereka gila karena tidak ada makanan di rumah, tidak ada uang membeli obat untuk istri, suami, anak, sanak saudara yang sedang sakit. Gila karena percekcokan antara suami dan istri, karena kesulitan ekonomi atau istri mengikuti laki-laki lain, suami gila dengan perempuan lain. Gila karena tidak mampu menghadapi berbagai persoalan dalam era globalisasi ini.