Gereja Tua Katedral Santo Yoseph Maumere; Kita Berteduh di Bawah Atapnya
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan Anggota Tim Penulis dan Editor Buku 150 Tahun Paroki Katedral Maumere)
Sejarah mencatat, bahwa praktik dialog, sikap toleransi antar-agama, dan upaya menghidupkan jiwa ekumenis telah dihidupkan dan dipraktikan oleh pastor Paroki Katedral St. Yoseph dari masa ke masa.
Menurut kesaksian Gembala Jemaat Gereja GPPS Maranatha Maumere, Pendeta Paulus Gua Mithe menyebutkan bahwa pada masa Pastor Paroki Santo Yoseph, RP. Frans Nurak,SVD pada tahun 1974 dilakukan terobosan ekumenis di mana saat itu digelar Ibadat Ekumene Paskah yang berlangsung di Gereja St. Yoseph Maumere.
Pendeta Paulus Gue Mite mengakui bahwa Ibadat Ekumene ini dipimpin oleh Pastor Paroki Santo Yoseph RP. Frans Nurak,SVD dan kotbah dipercayakan kepada dirinya (Pendeta Paulus), dan Injil dibacakan Pastor Paroki Santo Thomas Morus RD. Philipus Loi Riwu.“Ibadat Ekumene Paskah ini yang digagas oleh Pastor Paroki Santo Yoseph Maumere itu merupakan yang pertama terjadi di Kabupaten Sikka.Ini luar biasa,” kata Pendeta Paulus.
Pendeta Paulus Gue Mithe mengakui, pada tataran kehidupan sehari-hari para pemimpin pelbagai agama di atas juga membangun relasi dan komunikasi yang intens dengan pemuka agama Islam di antaranya Haji Asad. “Tak heran, kami juga secara intens bersilaturahmi ke Masjid Al-Taqwah Wairbubuk-yang saat ini dinamakan Masjid Beru.Saya secara pribadi menyampaikan apresiasi atas terobosan yang dilakukan Paroki Katedral St. Yoseph yang merintis terbangunya dialog dan perwujudkan sikap toleransi antarumat bergama di Kabupaten Sikka,” kata Pendeta Paulus.