
Gereja Sebagai “Rumah Sakit Lapangan Bagi Kaum Marginal”
Oleh : Maria Heni Susanti, Mahasiswi STIPAS Ruteng Semester VII.
Sebagai rumah sakit lapangan, gereja dituntut untuk menjadi penyembuh bagi yang sakit, penghibur bagi yang berduka, dan pembawa harapan bagi yang putus asa.
Pelayanan gereja harus menjangkau “kebisingan dunia nyata”, bukan hanya berdiam dalam keheningan altar.
Dalam dunia yang dipenuhi ketimpangan dan penderitaan, gereja diundang untuk meninggalkan zona nyamannya. Suara kenabian gereja tidak boleh hanya bergema di ruang-ruang liturgi, tetapi juga harus hadir di ruang publik: di pasar, di jalanan, di rumah-rumah sederhana kaum miskin. Hanya dengan demikian, gereja dapat benar-benar menjadi saksi kasih Allah yang hidup dan relevan bagi zaman ini mewujud dalam tindakan nyata, bukan sekadar dalam kata-kata.***