Georgius Soter Parera, SH, MPA; Gone But Not Forgotten

(Lela, 22 April 1949; + Kupang, 21 Januari 2021)

Ketika pada akhir kelas 6 SDK Lela I, saya diterima masuk Seminari Mataloko, betapa senangnya hati saya. Mimpi saya akan terwujud, yakni sekolah di seminari. Dengan diterimanya saya masuk seminari, maka saya akan bergabung dengan mereka yang sudah jadi siswa seminari.

Hubungan yang baik

Jadi di lingkungan terdekat kami ada 3 orang siswa Seminari Mataloko: Soter, Ely dan Klemens. Di kampung Lela sendiri, waktu itu seingat saya, cukup banyak siswa Seminari Mataloko. Sebut saja Sefni da Rato (Romo, alm); tiga bersaudara: Melanus dan Piet (alm) serta Fredy Conterius, juga Konradus Keupung (alm), Michael Ambong (Romo, alm), Remigius Kosmas dan Martinus Dalo, Paulinus Soge (kini profesor Unika Atma Jaya, Jogja) dari Ililewa, Joachim Heret dari Napunao, Moses Kuremas (Romo) dari Rengsina. Pada angkatan kami pertengahan 1965, bertambah beberapa siswa baru yaitu Eliseus Parera (Elu), Fransiskus da Gomez (Sisko), Veranus da Silva dari Ililewa, Petrus Ferdinandus Lado dari Rengsina dan saya.

Setelah diterima masuk Seminari Mataloko pada pertengahan 1965, maka saya mulai bergabung dengan mereka. Hubungan kami baik, khususnya dengan Soter, karena dia ramah, mudah bertegur sapa, punya simpati dan empati terhadap anak-anak lain, termasuk saya ‘anak udik’ yang merantau ke Lela untuk melanjutkan sekolah agar bisa masuk Seminari Mataloko.

BACA JUGA:
Ada Apa dengan Negriku
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More