Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat

(Refleksi Ganda Sebagai Jamaah & Petugas Haji Daerah/PDH )

Lalu teladan seperti apa yang bisa ditunjukan oleh seorang Haji dan Hajah? :  Teladan dalam kejujuran, kerendahan hati, kesabaran, tanggung jawab, merawat keluarga, menjaga lingkungan, dan menghormati perbedaan. “Gelar” Haji dan Hajah harus identik dengan integritas dan akhlak mulia, bukan simbol untuk menuntut penghormatan.  Sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad). Di tengah krisis keteladanan nasional, para Haji dan Hajah dituntut dan diharapkan bisa menjadi ‘’tandi’i rasa” (penopang kampung halaman = tokoh yang diteladani, Bhs. Reo/Bima) atau “watu weki” (batu tungku, Bhs. Manggarai) bagi masyarakat – yaitu sebagai simbol pondasi kokoh yang menyatukan dan memberi kehangatan keteladanan di tengah masyarakat.

Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah : Menjawab Harapan Masyarakat
Nurdin bersama Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena. Foto istimewa.

 

Haji Mabrur : Sertifikat Hidup, Bukan Gelar di KTP

Bagi kami, peran ganda sebagai Jamaah dan PHD adalah karunia. Ia memberi lensa ganda : merasakan dahaga spiritual sekaligus melaksanakan tanggung jawab melayani. Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa; kemabruran haji bukanlah sertifikat yang digantung di dinding, melainkan “sertifikat hidup” yang ditulis setiap hari dengan tinta amal nyata.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More