
Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat
(Refleksi Ganda Sebagai Jamaah & Petugas Haji Daerah/PDH )
Lalu teladan seperti apa yang bisa ditunjukan oleh seorang Haji dan Hajah? : Teladan dalam kejujuran, kerendahan hati, kesabaran, tanggung jawab, merawat keluarga, menjaga lingkungan, dan menghormati perbedaan. “Gelar” Haji dan Hajah harus identik dengan integritas dan akhlak mulia, bukan simbol untuk menuntut penghormatan. Sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad). Di tengah krisis keteladanan nasional, para Haji dan Hajah dituntut dan diharapkan bisa menjadi ‘’tandi’i rasa” (penopang kampung halaman = tokoh yang diteladani, Bhs. Reo/Bima) atau “watu weki” (batu tungku, Bhs. Manggarai) bagi masyarakat – yaitu sebagai simbol pondasi kokoh yang menyatukan dan memberi kehangatan keteladanan di tengah masyarakat.

Haji Mabrur : Sertifikat Hidup, Bukan Gelar di KTP
Bagi kami, peran ganda sebagai Jamaah dan PHD adalah karunia. Ia memberi lensa ganda : merasakan dahaga spiritual sekaligus melaksanakan tanggung jawab melayani. Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa; kemabruran haji bukanlah sertifikat yang digantung di dinding, melainkan “sertifikat hidup” yang ditulis setiap hari dengan tinta amal nyata.