Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat

(Refleksi Ganda Sebagai Jamaah & Petugas Haji Daerah/PDH )

Lalu sebagai Haji dan Hajah bagaimana kita mengimplementasikannya? :  Kejujuran dalam transaksi, amanah dalam memikul tugas apa pun (dari RT hingga level Nasional), kesabaran menghadapi ujian, kedermawanan yang mengalir untuk membantu yang lemah, serta komitmen pada keadilan. Idealnya pulang dari Baitullah, shalat kita harus lebih khusyuk, puasa kita harus lebih bermakna, zakat/sedekah kita harus lebih tulus dan berdampak. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162). Kesalehan ritual (hablum minallah) harus bersinar bersama kesalehan sosial (hablum minannas).

  1. “Ajari Kami tentang Keteladanan” : Menjadi “Watu Weki” atau “Tandi’i Rasa” di Tengah Krisis Figur

Seluruh ritual haji adalah napak tilas keteladanan agung Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS – dalam ketaatan, pengorbanan, kesabaran, dan kegigihan. Kemabruran haji diuji oleh kemampuan menjadi teladan hidup (uswah hasanah) dalam segala aspek. “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab: 21).

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More