
Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat
(Refleksi Ganda Sebagai Jamaah & Petugas Haji Daerah/PDH )
Tiga Harapan Masyarakat : Peta Jalan Kemabruran Pasca-Haji
Pengalaman ganda di tanah suci menemukan konteksnya yang nyata dalam tiga harapan dari Reok, Kota Kecamatan di Kabupaten Manggarai – Prop. NTT. Meskipun tidak dipaparkan secara detail oleh Bapak Sekcam Kecamatan Reok tentang 3 (tiga) harapan masyarakat dan pemerintah sebagaimana disampaikan di atas, namun kami dapat memahami esensi yang mendasari harapan yang disampaikan tersebut. Sehingga dapat kami sampaikan bahwa inilah peta jalan konkret untuk menguji dan mewujudkan kemabruran haji kita :
- “Ajari Kami tentang Silaturahmi” : Menjadi Perajut Ukhuwah Universal.
Ihram adalah simbol persaudaraan tanpa batas (ukhuwah Islamiyah). Namun, kemabruran haji menuntut lebih; mengaktualisasikan silaturahmi yang menyembuhkan dan menyatukan dalam kehidupan nyata yang majemuk.
Lalu bagaimana implementasi dan harapannya kepada para Haji dan Hajah? : Jadilah pionir yang aktif menyambung tali persaudaraan. Kunjungi tetangga yang berbeda keyakinan saat duka atau suka. Damaikanlah konflik kecil di masyarakat dengan bijak dan adil. Bukalah pintu dialog, bukan sekat prasangka. Gelar Haji/Hajah harus membuat kita lebih rendah hati (tawadhu’) dan mudah didekati, bukan menjadikan kita “menara gading”. Rasulullah SAW bersabda : “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim). Di tengah masyarakat Indonesia yang plural, keteladanan dalam merajut silaturahmi lintas batas adalah bukti nyata haji mabrur.
- “Ajari Kami Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan” : Menjadi Pelaku Kesalehan Sosial
Pensucian Ka’bah adalah metafora pensucian hati (tazkiyatun nafs) yang menjadi inti haji. Kemabruran terlihat pada peningkatan kualitas iman dan takwa yang terwujud dalam kesalehan sosial, bukan hanya ritual personal. Allah berfirman : “(Ingatlah) ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan berfirman), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun, sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, mukim (di sekitarnya), serta rukuk (dan) sujud (QS. Al-Hajj: 26)